MAKALAH

ILMU BUDAYA DASAR

TARIAN BUDAYA KOTA DEPOK

 

 

Disusun Oleh :

Aprilian Prasetio (10220219)

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar

Dosen : ELY SAPTO UTOMO, SE, MM

KELAS 1EA07

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS GUNADARMA

2020

 

 

DAFTAR ISI

 

 

KATA PENGANTAR... iii

BAB I. 4

PENDAHULUAN.. 4

A. Latar Belakang Masalah. 4

B.      Rumusan Masalah. 4

C.      Tujuan. 4

BAB II. 5

PEMBAHASAN.. 5

A.     Pengertian daerah Depok. 5

B.     Sejarah kaum belanda depok. 6

C.         Tari Tradisional Khas Depok. 7

D.     Sejarah Penemuan Gong Bolong. 10

BAB III. 11

PENUTUP.. 11

A.         KESIMPULAN.. 11

B. SARAN.. 12

DAFTAR PUSTAKA.. 13

 

 

   

 

 

KATA PENGANTAR

 

 

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Teori Tarian Budaya Khas Daerah Depok”. Penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar di Universitas Gunadarma.

Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna untuk khalayak ramai pada umumnya.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ely Sapto Utomo. Selaku dosen Ilmu Budaya Dasar.

 

 

 

 

Depok, 14 November 2020

 

 

Penyusun


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

 

      Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan  ragam budayanya. Perbedaan budaya ini menjadikan kita bangsa yang unik dengan mottoBhineka Tunggal Ika “ walau berbeda tetapi tetap satu jua” . Tidak sulit menjumpai warna warni budaya Indonesia,  apalagi jika lokasi tempat tinggal Kita adalah daerah multietnis seperti kota Jakarta, Depok dan Bekasi. Keragaman budaya dapat terlihat jelas dimulai dari  lingkungan rumah, karena kita akan bertetangga dengan etnis lain seperti orang  Jawa, Batak, Sunda atau lainya.

Depok adalah dalah satu daerah yang terletak di Jawa Barat. Lokasinya dekat dengan Jakarta dan tidak terlalu jauh dari Bogor. Tak heran jika sebagian besar warga Depok berasal dari Suku Betawi dan Sunda. Tetapi, semenjak tahun 1990 an Depok ramai dikunjungi para pendatang karena lokasinya yang dekat dengan Ibu Kota.

Depok dahulu adalah kota kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bogor, yang kemudian mendapat status kota administratif pada tahun 1982. Sejak 20 April 1999, Depok ditetapkan menjadi kotamadya (sekarang: kota) yang terpisah dari Kabupaten Bogor. Kota Depok terdiri atas 11 kecamatan, yang dibagi menjadi 63 kelurahan.

 

B.      Rumusan Masalah

1. Kebudayaan Daerah Depok, Jawa Barat

2. Budaya Tarian Khas Depok

C.      Tujuan


1. Mengetahui lebih dalam budaya daerah Jawa Barat

2. Mengetahui lebih dalam tarian tradisional dari Depok

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.      Pengertian daerah Depok

 

Depok adalah dalah satu daerah yang terletak di Jawa Barat. Lokasinya dekat dengan Jakarta dan tidak terlalu jauh dari Bogor. Tak heran jika sebagian besar warga Depok berasal dari Suku Betawi dan Sunda. Tetapi, semenjak tahun 1990 an Depok ramai dikunjungi para pendatang karena lokasinya yang dekat dengan Ibu Kota.

Depok dahulu adalah kota kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bogor, yang kemudian mendapat status kota administratif pada tahun 1982. Sejak 20 April 1999, Depok ditetapkan menjadi kotamadya (sekarang: kota) yang terpisah dari Kabupaten Bogor. Kota Depok terdiri atas 11 kecamatan, yang dibagi menjadi 63 kelurahan.

Nama-nama Kecamatan dan Kelurahan di Kota Depok ini sampai tahun 2010 merupakan warisan budaya (Cultural Heritage) produk sosial masyarakat kota Depok, baik yang memiliki nilai Lokal (penamaan dengan bahasa Betawi) maupun yang memiliki nilai Regional (penamaan berbahasa Banten, Jawa, Sunda), Nasional (penamaan Bahasa Indonesia), sertaInternasional (penamaan dengan menggunakan bahasa Sanskerta, Latin; misal Tapos). Dari pengidentifikasian bahasa setidaknya ada tujuh asal bahasa yang digunakan sebagai bahan penamaan Kecamatan maupun Kelurahan di Kota Depok dan jika dipaksakan ditambah satu bahasa lagi yaitu Bahasa Belanda untuk Akronim nama Depok sendiri (masa kolonial).

Dari sisi pembentukan kata untuk memberi nama kecamatan atau kelurahan, masyarakat Depok lebih banyak terbukti menggunakan nama-nama yang tersusun dari banyak kata (bentuk Jamak) dibandingkan nama-nama dengan kata tunggal.

Dan ciri yang lain yaitu tradisi penamaan kecamatan dan kelurahan di Kota Depok lebih banyak menyukai nama-nama berdasar fenomena fisik geografis (Natural, Abiotik) dibandingkan penamaan atas dasar biodiversitas (flora, maupun atas dasar fenomena sosial.

Dan walaupun depok termasuk kedalam wilayah atau provinsi jawa barat tapi bahasa yang digunakan di daerah depok adalah bahasa betawi karena kebanyakan orang depok adalah orang pindahan atau migrasi dari jakarta.

Dan Suku Betawi itu sendiri berasal dari hasil perkawinan antaretnis dan bangsa di masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Arab, Bali, Sumbawa, Ambon, Melayu dan Tionghoa.

 

B.      Sejarah kaum belanda depok

Pada abad ke-16, saat Indonesia masih dijajah oleh Belanda, hiduplah seorang tuan tanah bernama Cornelis Chastelein yang mendiami dan membeli sebuah wilayah pertanian dan perkebunan bernama Depok. Cornelis kemudian menjadi Presiden di wilayah yang luasnya ribuan hektare itu.

Karena tak sanggup merawat tanahnya yang begitu luas, dia kemudian mengambil dan mempekerjakan budak-budak yang umumnya berasal dari Indonesia bagian timur, seperti Bali, Makassar, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Jawa, Pulau Rote serta Filipina. Setidaknya terdapat 200 budak dipekerjakannya.

Tak selayaknya tuan tanah lainnya di masa itu, Cornelis memperlakukan para budaknya dengan sangat manusiawi. Budak-budak tersebut dirawat, diberikan pendidikan, serta diperkenalkan agama Kristen Protestan lewat sebuah Padepokan Kristiani. Padepokan ini bernama De Eerste Protestante Organisatie van Christenen, disingkat Depok. Dari sinilah nama kota ini berasal.

Karena terlihat adanya kesetaraan dengan majikannya, tak pelak masyarakat yang hidup di sekitar perkebunan menyebut para budak itu Belanda Depok.

Seiring perkembangan zaman, wilayah yang disebut Depok pada zaman Cornelis Chastelein, kini hanyalah sebuah Kecamatan bernama Pancoran Mas Depok. Komunitas Belanda Depok sendiri masih dapat dijumpai di kawasan Depok Lama karena terdapat sebuah yayasan kumpulan mereka yang diberi nama Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC).

Salah satu keturunan mereka yang juga anggota YLCC, Suzana Leander menuturkan, sebelum menjadi yayasan, YLCC hanya sebuah lembaga yang didirikan sebagai lambang persatuan budak-budak, serta tempat berkumpul komunitas mereka.

kini, setidaknya ada tujuh ribu warga komunitas Belanda Depok yang terdaftar di Lembaga Cornelis Chastelein (LCC). Mereka tersebar di berbagai daerah dan negara. Di antara mereka, sepertiganya adalah keturunan asli Belanda yang menikah dengan orang Indonesia atau keluarga Belanda yang lebih senang tinggal di Indonesia. Sebutan Belanda Depok sebetulnya hanya label belaka bagi orang pribumi yang mendapatkan keistimewaan dari pemerintah Belanda kala itu. Mereka menyandang 12 marga pekerja Cornelis Chastelein.

 

C.      Tari Tradisional Khas Depok

Soerjadiningrat dalam Rusliana, tt:34 mengatakan bahwa yang disebut tari adalah gerak tubuh secara keseluruhan, disertai dengan suara gamelan, ditata seirama lagu sesuai dengan lambang – lambang serta maksud dan isi tari. Gerak tubuh secara keseluruhan maksudnya adalah gerak – gerak anggota badan, mulai dari gerak kepala, tangan, badan, dan kaki. Gerak itu seirama dengan suara gamelan yang mengiringinya, dan disesuaikan dengan isi dan maksud tarian. Pendapat lain dari Kussudiardjo 1981 : 16, mendefinisikan tari sebagai keindahan anggota badan manusia yang bergerak, berirama, dan berjiwa yang harmonis. Tubuh manusia memang mengandung unsur keindahan bila digerakkan secara berirama dan diolah sesuai kehendak hati nurani. Gerak tubuh ini dapat dilakukan secara sendiri – sendiri bersambungan dan bersama – sama. Gerak secara sendiri misalnya pada gerak ulap – ulap, tangan digerakkan dahulu kemudian pacak gulu, gerak bersambungan misalnya pada gerak sabetan kemudian dilanjutkan dengan lumaksana. Gerak bersama – sama biasanya terdapat pada tari yang sifatnya gembira tangan bergerak bersamaan dengan gerakan kepala, badan dan kaki.

 

 

1. Tari Godeg Ayu

Tarian yang diciptakan dengan berpijak dari kesenian topeng Cisalak Depok Jawa Barat. Pencipta tari Godeg Ayu adalah Seorang Sarjana Seni yaitu  Wulandari S. Sn yang berasal dari Sangga Tari Ayodya Pala.

 


Makna yang terkandung dalam gerakan tari tersebut menggambarkan kehidupan gadis yang menginjak dewasa dengan kodratnya yang khas, pribadi yang penuh harapan, cita - cita dan cinta yang tidak terlepas dari rintangan dalam kehidupanya. Tari Godeg Ayu dipentaskan secara kelompok.

 

2. Tari Topeng Cisalak

Tari Topeng Cisalak pertama kali muncul pada tahun 1918 yang bernama topeng Kinang yang dipelopori Djioen dan Mak Kinang.

Gerakan tari tergolong unik dan beberapa gerakan dasar sebagai tarian pembuka seperti rapat nindak, tenggang rapat, pakbang dan blongter. Gerakan yang mempesona dengan senyum simpul godaan para nayaga yang berada di balik tirai. 


 


 

Gerakan selanjutnya adalah penari membelakangi penonton dengan menggoyangkan pinggul. Kemudian pada tahap selanjutnyatarian topeng pembuka penari mengambil topeng berwarna putih ari tiga tarian yang dimainkan dalm tarian topeng tunggal

Topeng warna putih yang dikenaka penari melambangkan kelembutan begitupun dipentaskan gerak tarian yang lemah lembut. Topeng putih merupakan topeng panji.


Gerakan tarian lembut merupakan gerakan tari untuk menyambut penonton dalam pementasan tari topeng Cisalak maupu topeng Betawi. Gerakan selanjutnya penari membalik badan membelakangi penonton usai mengenakan topeng panji dan penari mengenakan topeng warna merah muda (topeng sanggah).

 

 

3. Tari Nayuban Depok 

 



 

Tari nayuban Depok  merupakan tari khas Depok dan merupakan tari cikal bakal tarian doger kawarnag dan tari jaipong Jawa barat.

 Wakil Walikota Depok, Idris Abdul Shomad mengaku bangga dengan hasil karya tari anak Depok tersebut. Menurut Idris karya ini merupakan motivasi anak-anak Depok untuk melestarikan kesenian sesuai dengan hati nurani dan kelembutan."Mudah-mudahan karya tari ini dapat meningkatkan prestasi dan tidak menutup kemungkinan cipta tari budaya ini dapat menjadi ciri khas Kota Depok."ujar Idris.
Lebih lanjut Idris mengatakan untuk menjadikan karya tari tersebut menjadi tarian khas Depok diperlukan persetujuan dari berbagai komunitas seni tari, seperti sanggar tari dan pakar seni. Sehingga bisa dipastikan dan disetujui menjadi tari khas Depok." Diperlukan perspektif dari pemerintah dan bersinergi dengan DPRD."tandasnya.
Sementara itu, Pimpinan Ayodya Pala Dra. Budi Agustinah mengatakan sudah 33 tahun Ayodya Pala berkiprah dengan berbagai rintangan, baik suka dan duka sehingga kini menjadi sanggar seni yang semakin kokoh dan solid. Upaya pelestarian, pendidikan, dan pengembangan seni budaya tradisional yang dilakukan ternyata mendapat dukungan dan sambutan positif dari masyarakat. Terbukti saat ini ayodya pala mendapat kepercayaan dari masyarakat dengan tampil diberbagai ivent nasional maupun internasional."Semoga dengan semakin banyaknya kepercayaan serta dukungan masyarakat, menjadi semangat baru ayodya pala untuk terus berkarya."tandas Agustinah yang biasa disapa ibu Etin itu.
Salah satu pencipta Tari Godeg Ayu, Wulandari S.Sn menuturkan tari Godeg Ayu merupakan tari kreasi yang berpijak dari kesenian topeng asli Cisalak, Depok. Tarian tersebut menggambarkan dinamika kehidupan gadis yang menginjak dewasa dengan kodratnya yang khas. Semuanya terpadu dalam pribadi yang penuh harapan, cita-cita dan cinta yang tidak terlepas dari konflik dilema tantangan yang menyelimuti kehidupannya."Hal itulah yang menjadi isi sentral dalam karya tari ini yang ditata dalam suatu bentuk susunan tari kelompok."katanya.

 

D.      Sejarah Penemuan Gong Bolong

 

Gong si Bolong ini pun tergolong unik, karena juga merupakan sebuah cerita/legenda dari masyarakat Depok. Monitor Depok, sebuah harian lokal kota Depok,pada tanggal 10 Juli 2008 pernah menuliskan artikel terkait sejarah munculnya Gong si Bolong ini. Kisah ini di mulai abad ke 16, saat itu Kampung Tanah Baru masih lebih banyak hutan dan rawa, dimana penduduknya sangat sedikit dan umumnya bertani. Di Kampung Tanah Baru tersebut kerap kali terdengar bunyi-bunyian suara Gamelan di malam hari, namun ketIka sumber dari suara tersebut dicari tak satu pun orang yang dapat menemukannya.

Di tahun 1648, Seorang warga bernama Pak Jimin menemukan sumber bunyi tersebut, yang ternyata memang seperangkat gamelan. Namun ternyata tidak ada orang yang memainkannya. Lokasi penemuannya adalah di sekitar curug Agung di aliran sungai krukut. Pak jimin pun hanya sanggup membawa sebuah gong yang bolong di tempat pukulnya, gendang, dan bende. Ketika Pak Jimin kembali lagi bersama beberapa tetangganya untuk menggambil sisa perangkat gamelan itu, ternyata perangkat gamelan lainnya sudah raib.  Ketiga alat music tersebut akhirnya diberi nama  Si Gledek, karena bunyinya yang nyaring.

Menjadi Kesenian Khas Depok

Gong si Bolong, baru dilengkapi sehingga menjadi satu set gamelan yang bisa dimainkan ketika berada di tangan Pak Tua Galung (Pak Jerah). Pak jerah  melengkapinya dengan satu set gendang, dua set saron, satu set kromong, satu set kedemung, satu set kenong, terompet, bende serta gong besar. Ini pula yang menandai terbentuknya Kelompok Kesenian Gong si Bolong. Kelompok Kesenian ini ketika tampil menampilkan  serangkaian pertunjukan antara lain ajeng, ngayuban, dan ngbing. Ajeng, adalah permainan gamelan khas Depok, yang dentumannya mirip gamelan Bali. Nayuban, merupakan penampilan tarian Khas asal tanah Baru, yang merupakan cikal bakal tarian doger karawang, dan jaipongan.

Berikut ini adalah silsilah kesenian Gong si Bolong yang bersumber dari H Holil (cucu dari H damong Putra dari Pak Tua Jimin tahun 1913)

1.    Pak Tua Jimin (ciganjur)

2.    Pak Anim (curug)

3.    Pak Tua Galung (tanah baru)

4.    Pak Saning (tanah baru)

5.    Nyai Asem (tanah baru)

6.    Pak Bagol (tanah baru)

7.    Pak Buang Jayadi (tanah baru)

8.    Pak Kamsa S atmaja (tanah baru)

9.    Pak Buang Jayadii (tanah baru)

 

Kesenian Gong si Bolong, telah menjadi kesenian khas Depok. Terlepas benar atau tidak legenda penemuannya. Kesenian ini Patut lah dilestarikan sebagai salah satu kesenian khas dan budaya Depok.

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 


A.   KESIMPULAN

Depok adalah dalah satu daerah yang terletak di Jawa Barat. Lokasinya dekat dengan Jakarta dan tidak terlalu jauh dari Bogor. Tak heran jika sebagian besar warga Depok berasal dari Suku Betawi dan Sunda. Tetapi, semenjak tahun 1990 an Depok ramai dikunjungi para pendatang karena lokasinya yang dekat dengan Ibu Kota. Depok dahulu adalah kota kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bogor, yang kemudian mendapat status kota administratif pada tahun 1982. Sejak 20 April 1999, Depok ditetapkan menjadi kotamadya (sekarang: kota) yang terpisah dari Kabupaten Bogor. Kota Depok terdiri atas 11 kecamatan, yang dibagi menjadi 63 kelurahan.

terdapat tiga tari tradisional kota Depok yaitu :

·             Tari Godeg Ayu

·            Tari Tari Topeng Cisalak

·            Tari Nayuban

Seorang warga bernama Pak Jimin menemukan sumber bunyi tersebut, yang ternyata memang seperangkat gamelan. Namun ternyata tidak ada orang yang memainkannya. Lokasi penemuannya adalah di sekitar curug Agung di aliran sungai krukut. Pak jimin pun hanya sanggup membawa sebuah gong yang bolong di tempat pukulnya, gendang, dan bende. Ketika Pak Jimin kembali lagi bersama beberapa tetangganya untuk menggambil sisa perangkat gamelan itu, ternyata perangkat gamelan lainnya sudah raib.  Ketiga alat music tersebut akhirnya diberi nama  Si Gledek, karena bunyinya yang nyaring.     

 

B. SARAN

       Makalah ini berisi materi dari kajian pustaka yang bertujuan untuk menambah wawasan dan sebagai acuan dalam pembelajaran. Namun, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana manusia yang tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

https://arnouf11.wordpress.com/2017/03/30/kebudayaan-depok/

https://text-id.123dok.com/document/oy8xrxr5q-tari-tradisional-landasan-teori.html

http://devielektro.blogspot.com/2014/05/tarian-khas-depok.html

https://www.senibudayasia.com/2020/02/tari-asal-depok.html

 

Komentar